Example floating
Example floating
BeritaBudayaHeadline

Molo Litok aek Ditoruan, Tu Julu Do Pareahon (Jika Buntuk di Hilir, Kembalilah Kepangkalan)

28
×

Molo Litok aek Ditoruan, Tu Julu Do Pareahon (Jika Buntuk di Hilir, Kembalilah Kepangkalan)

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh Dr. Ronsen Pasaribu, SH.MM

BATAKINDONESIA.CO – Kita sering diperhadapkan kepada sebuah permasalahan yang sederhana, rumit bahkan bisa kategori perkara di badan peradilan. Lalu, kita diminta untuk memberikan nasehat alternatif penyelesaiannya. Selain itu, di sebuah komunitas dan keluargapun hal permasalahan atau konflik ini sering terjadi. Oleh karena itu, tulisan ini adalah hasil perenungan penulis dalam menangani permasalahan sehari hari baik di instansi pemerintahan maupun di masyarakat sekitar. Semoga bermanfaat.

Sebuah pepatah Melayu, yang memberi pesan dalam hal kita dalam kehidupan mengalami kebuntuan maka untuk mencari solusinya kita memulainya dari awal masalah terjadi.

Pepatah orang Batak dengan maksud yang sama ada, yaitu “Molo litok aek ditoruan, tu julu do pareahon”. Apa artinya, saya coba elaborasi dari tafsir ontologinya, kalimat apa adanya dan kemudian kita memetik apa pesan moralnya bagi kita.

Dua kata, kebuntuan dan kembali ke awal. Setiap peristiwa, dikenal sebab akibat. Tesa dan sintesa. Hukum Newton juga pertama merumuskan aksioma itu, jika ada sebab pasti ada akibatnya. Dari akibatlah kita tahu ada permasalahan.

Permasalahan secara definisi adalah tidak sesuainya rencana dengan kenyataan. Jika tidak sesuai, pertanyaannya apa rencana dan kenapa tidak tercapai. Perlu penelusuran ke awal, kenapa terjadi ketidak tercapaian itu. Bahkan jika hasilnya bahkan jelek, kenapa dihulunya. Apakah bibitnya yang jelek, apakah pemimpinnya yang tidak beres, atau ada sebab lainnya dihulu. Sebab, dihilir itu menerima apa adanya dari hulu.

Ini proses ceck and recek. Diperlukan cara yang jujur dalam pengecekan, tidak dengan sesuatu dendam, tidak penuh curiga namun perlu jujur, objektif agar supaya hasilnya baik diterima oleh semua pihak.

Pepatah ini pun bisa bermakna melihat kualitas kepemimpinan seorang pemimpin. Apakah kepemimpinan yang kurang mengakibatkan pembangunan disuatu wilayah tidak berjalan sesuai harapan rakyat yg dipimpin.

Contoh, jalan di kampung kita tetap saja tidak berubah, becek, lobang lobang, hancur dan kondisi ini berjalan bertahun tahun. Pepatah ini tepat, lihatlah ke hulunya. Apakah pemimpin pernah mambahasnya ?

Apakah pemimpin membuat rencana pembangunan di musrenbang, apakah pemimpin pernah berbicara dengan Bupati soal usul jalan, apkah Bupati pernah berbicara dengan Gubernur yang punya administrasi jalan Propinsi?.

Skala mikro, jika ada anak anak selalu nakal, bisa kita lihat ke hulunya. Sejauhmana orangtuanya telah membina ilmu agama, ilmu etika, membina dalam rumah tangga.

Contoh mencari calon pasangan hidup, juga sama saja. Lihat bibit, bebet dan bobot. Ini adalah hulunya. Jika hulunya bagus, maka ambillah sebagai calon suami atau istri.

Kesimpulannya, pepatah yang diciptakan orangtua kita dahulu sangat bermakna agar kita tidak pusing memikirkan apa yang terjadi saat ini, atau hari ini. Luarbiasa. ***

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *