Example floating
Example floating
BeritaHeadline

Mayjen (Purn) Ramses Limbong: Membangun Papua dengan Hati dan Sinergi Tiga Pilar – Menuju Papua Sehat, Pintar, dan Produktif

19
×

Mayjen (Purn) Ramses Limbong: Membangun Papua dengan Hati dan Sinergi Tiga Pilar – Menuju Papua Sehat, Pintar, dan Produktif

Sebarkan artikel ini
Mayjen (Purn) Ramses Limbong,S.IP, M.Si, Pj. Gubernur Papua.
Example 468x60

PAPUA, BATAKINDONESIA.CO – Di tengah tantangan dan kompleksitas pembangunan di Tanah Papua, hadir sosok pemimpin yang membawa harapan baru. Dialah Mayjen (Purn) Ramses Limbong, putra daerah asal Samosir, Sumatera Utara, yang kini mengemban amanah sebagai Penjabat Gubernur Papua. Dengan filosofi kepemimpinan yang menekankan pengabdian “dengan hati”, ia membawa misi besar: menjadikan Papua sehat, pintar, dan produktif, melalui sinergi tiga pilar—masyarakat, pemerintah, dan lembaga keagamaan.

Mayjen Ramses Limbong bukan lahir dari keluarga terpandang atau berkecukupan. Ia tumbuh di lingkungan petani sederhana di Samosir. Ayahnya wafat ketika ia masih bayi, meninggalkan ibunya sebagai satu-satunya tumpuan keluarga. Namun, justru dari kesederhanaan inilah tumbuh nilai-nilai ketekunan, kerja keras, dan integritas yang kelak membentuk fondasi hidupnya.

Pendidikan bagi Ramses muda adalah perjuangan tanpa akhir. Meski hidup dalam keterbatasan, semangat belajarnya tak pernah padam. Dorongan sang kakak mengantarkannya mencoba masuk ke Akademi Militer, meskipun sempat mengalami beberapa penolakan. “Saya tidak pernah merasa malu atau rendah diri karena latar belakang saya,” ujarnya suatu ketika. Filosofi hidupnya sederhana namun mendalam: “Jangan lihat kapan, akan indah pada waktunya jika Anda bersyukur atas apa yang Anda dapatkan.”

Ia memegang teguh nilai kesabaran dan keikhlasan. Butuh 25 tahun masa pengabdian sebelum akhirnya dipromosikan menjadi kolonel—lebih lambat dari banyak rekan sejawatnya. Namun ia tak pernah merasa kecewa. “Semua itu indah pada waktunya,” kenangnya, seraya menyebut bahwa doa sang ibu adalah bahan bakar utama dari seluruh perjalanan hidupnya.

Karier militernya dimulai di Kodam VIII Trikora pada tahun 1991—wilayah yang meliputi Maluku dan Papua (Irian Jaya saat itu). Wilayah ini bukan hanya tempat tugas, tapi juga menjadi bagian dari kisah hidupnya. Ia pernah menjalankan misi di berbagai wilayah strategis: Ambon, Keerom, Makassar, Aceh, Manado, hingga Bogor.

Salah satu momen penting dalam karier militernya adalah saat konflik Ambon pecah tahun 1999-2000. Saat itu, sebagai prajurit, ia berada di tengah ketegangan sektarian yang nyaris tak terkendali. Namun, ia memegang teguh prinsip netralitas. “Tugas saya adalah membela kebenaran, bukan menjadi alat kelompok mana pun,” tegasnya.

Di Ambon pula ia menemukan pendamping hidupnya—seorang perempuan berdarah Batak dan Ambon, yang hingga kini telah 29 tahun mendampinginya. Bersama, mereka membesarkan tiga anak yang lahir di kota-kota tempat ia bertugas: Ambon, Makassar, dan Bogor. Keluarga menjadi tempatnya kembali, dan sumber kekuatannya dalam menghadapi berbagai tugas berat.

Setelah pensiun dari militer pada Januari 2024, Mayjen (Purn) Ramses Limbong tidak langsung mengambil jeda. Ia kembali dipanggil negara untuk mengemban amanah sebagai Deputi Infrastruktur di Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Namun tak lama berselang, ia diangkat menjadi Penjabat Gubernur Papua pada Agustus 2023—tugas yang disambutnya dengan sepenuh hati.

Bagi Ramses Limbong, Papua bukanlah wilayah asing. Ia pernah bertugas di Keerom, dan sejak lama mengenal karakter masyarakatnya. “Papua itu istimewa. Bukan sekadar tugas, tapi pengabdian dengan hati,” ungkapnya. Kepemimpinan di Papua, menurutnya, harus mengedepankan logika yang sehat, namun tak kehilangan rasa kemanusiaan.

Dalam membangun Papua, ia membawa gagasan yang konkret namun bersifat inklusif: Sinergi Tiga Pilar. Pilar pertama adalah masyarakat, termasuk pemimpin adat dan komunitas lokal yang memiliki pengaruh besar dalam struktur sosial Papua. Pilar kedua adalah pemerintah, termasuk unsur militer dan kepolisian sebagai penopang stabilitas. Pilar ketiga adalah lembaga keagamaan, khususnya gereja yang memiliki posisi sangat strategis dalam kehidupan sosial masyarakat Papua.

“Papua tidak bisa dibangun hanya dengan pendekatan struktural. Dibutuhkan sinergi spiritual, sosial, dan budaya,” tegasnya.

Di bawah kepemimpinannya, Pemerintah Provinsi Papua menetapkan tiga prioritas pembangunan yang kini menjadi slogan baru pembangunan daerah:

Papua Sehat – Meningkatkan layanan kesehatan, mengatasi stunting, dan membangun fasilitas kesehatan yang merata hingga ke distrik-distrik terluar.

Papua Pintar – Meningkatkan kualitas pendidikan dasar hingga menengah, memperluas akses beasiswa, dan mendorong teknologi pendidikan.

Papua Produktif – Membangkitkan potensi ekonomi lokal, dari pertanian, perikanan, hingga industri kreatif berbasis kearifan lokal.

Mayjen Limbong telah mengunjungi hampir seluruh distrik di Papua. Ia melihat langsung bagaimana keterbatasan infrastruktur masih menjadi hambatan utama. Namun, ia juga menyaksikan potensi luar biasa dari masyarakat Papua—dari kekayaan alam hingga semangat anak-anak muda yang penuh harapan.

Ia memandang Otonomi Khusus (Otsus) sebagai peluang afirmatif yang harus dimanfaatkan untuk mempercepat pembangunan. “Jangan hanya melihat anggaran, lihat juga peluang inovasi yang terbuka lebar. Kita tidak boleh hanya jadi penonton di tanah sendiri,” ujarnya kepada para pemuda Papua.

Salah satu pesan penting yang selalu disampaikannya kepada pemuda Papua adalah: berani bermimpi dan tidak takut keluar dari zona nyaman. Ia menekankan bahwa kontribusi terhadap Papua tidak selalu harus melalui jalur PNS atau militer. “Jadi pengusaha, inovator, pendidik, seniman—semua bisa berkontribusi,” ujarnya dengan antusias.

Ia membayangkan masa depan Papua sebagai wilayah yang besar, kuat, dan produktif, tidak hanya dari segi ekonomi, tapi juga dari kualitas manusianya.

Mayjen (Purn) Ramses Limbong bukan hanya membawa pangkat dan pengalaman panjang dalam militer. Ia membawa hati, nilai-nilai, dan filosofi hidup yang berpijak pada kesederhanaan dan pengabdian. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi Papua, ia hadir sebagai sosok yang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi membangun Tanah Papua dengan hati, menuju masa depan yang lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih produktif.

Papua sedang menata langkah. Dan di baris terdepan, ada pemimpin yang tidak hanya bekerja, tapi berdoa dan berjuang bersama rakyatnya.***

Oleh: Toni Limbong | BATAKINDONESIA.CO

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *